“Take a risk, because the rules are made to be broken” – Yoppy Pieter

Yoppy PieterDalam hidup ada sebuah kebanggan dalam diri sendiri ketika kita berkenalan dengan orang lain atau datang ke acara reuni. Sebuah pertanyaan yang bisa membuat pride ditentukan dari sebuah pertanyaan yaitu “dimana kerja kamu sekarang”? Bagi beberapa orang hal itu menjadi sebuah kebanggan sendiri untuk dirinya ketika menjawab ia bekerja di perusahaan multinasional.

Tetapi lain hal dengan pria yang bernama Yoppy Pieter ini, walaupun ia hanya seorang freelance fotografer dan travel writer yang penghasilannya tergantung cara ia mencari pekerjaan tersebut setiap hari tetapi ia bangga akan pekerjaannya. Pria lulusan LP3i ini semenjak dari kecil sudah menyukai dunia visual dan memiliki cita-cita untuk kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) tetapi karena biaya terlalu mahal akhirnya ia kuliah di LP3i mengambil jurusan IT. CareerBuilder bertanya apakah kamu salah jalur? Yoppy menjawab “Salah jalur? tidak juga, ya kebetulan saya adalah orang yang tidak mau ambil pusing karena saya selalu percaya ada campur tangan Sang Khalik di sini”. Terbukti dengan setelah ia lulus dari LP3i ia bekerja di sebuah perusahaan agency sebagai Advertising Coordinator di sebuah publisher, Indo Multi Media tetapnya sejak November 2004 sampai April 2012. Lalu ia melanjutnya penyataannya “Mungkin bagi sebagian orang ini terdengar konyol, ada yang bilang saya menyia-nyiakan waktu 7 tahun kerja di tempat yang sama. Tapi buat saya tidak, justru dari tempat inilah saya mendapatkan kesempatan mengenal dunia media cetak lebih detail”. Yoppy sempat juga pindah pekerjaan ke majalah World Soccer Indonesia sebagai fotografer tetapi ia tidak lama bertahan disana hanya selama satu tahun. Dan setelah ia resign dari World Soccer Indonesia ia mulai memantapkan diri untuk bergerak sendiri, mencari uang sendiri sebagai fotografer freelance. CareerBuilder Indonesia bertanya kepada Yoppy kenapa alasan kamu memutuskan untuk berdiri sendiri dalam hal pekerjaan? Ia menjawab “Kerja kantoran selama 8 tahun mungkin sudah cukup, ada sketsa-sketsa besar di catatan saya untuk saya realisasikan di bawah tangan saya sendiri.

Saya cuma merasa menyia-nyiakan waktu kosong di jam kantor itu adalah sesuatu yang mubazir, untung saya cukup cerdik menyiasati waktu luang itu untuk belajar apapun di tempat saya bekerja dulu.” Selain dunia fotografi ada juga passion terpendam yang ia sedang gali dan wujudkan yaitu mengajar. Karena sepanjang ia menggeluti dunia fotografi ia mendapatkan pendidikan dari PannaFoto Institute, Permata Photo Journalist Grant, Angkor Photo Workshop, dan Training for Trainer di Erasmus Huis. Ia pun menambahkan “Keempatnya jika dicampur dengan pengalaman saya berkarir mungkin bisa menjadi pondasi untuk mengajar fotografi di kalangan komunitas yang tertarik akan dunia Dokumentary Fotografi dan Travel Fotografi.” CareerBuilder Indonesia menyingung mengenai pemasukan sebagai seorang freelancer, kita tahu bahwa pemasukan pastinya tidak stabil seperti orang kantoran dan Yoppy menyikapinya dengan berkata “Saya tidak mau berbicara banyak tentang materi di sini, singkatnya untuk awal saya memutuskan freelance dari may 2013 flow keuangan cukup lancar. Naik turun pendapatan, ah itu biasa”. Satu pesan dari Yoppy Pieter buat kamu pembaca Sinar Harapan jika kamu ingin memulai pekerjaan sebagai freelancer “Take a risk, cos the rules are made to break”. Menurut dia kalau takut mengambil resiko, jangan coba-coba berani ambil jalur freelance atau berbisnis. Yang kedua membangun jaringan kerja kepada siapapun, karena jaringan adalah investasi dalam bentuk yang lain selain harta. Ke tiga, jeli melihat peluang. Ke empat cukup modal, bukan lebih. Yang ke lima dan mungkin vital, PEDE. Ingin tahu lebih banyak tentang Yoppy silahkan buka  http://www.yoppycture.com

Leave a comment